Thursday, November 25, 2010

Tuli Mendadak (Sudden Deafnes)


Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih paling sedikit pada tiga frekuensi berturut-turut yang berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari. Tuli mendadak bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari banyak penyakit. Suckfull dkk mendefinisikan tuli mendadak sebagai berikut: tuli sensorineural yang berlangsung mendadak lebih dari 15 dB pada tiga frekuensi atau lebih dibandingkan dengan telinga yang sehat atau pemeriksaan audiometri sebelumnya, disertai dengan atau tanpa gejala tinitus dan vertigo.1

Etiologi :1,2,3
- Idiopatik
- Virus, terjadi pada 60% kasus, termasuk atrofi organ corti dan merupakan manifestasi paling banyak dari patologi virus.
- Bakterial, seperti Cryptococcus
- Neoplasma, contoh myeloma (biasanya bilateral), neuroma akustik
- Multipel sklerosis
- Penyakit pembuluh darah, contoh vertebrobasilar insufisiensi, sickle cell, kardiopulmonar bypass
- Oklusi vascular dan rupture membrane telinga dalam
- Autoimun
- Penyakit Meniere
- Gagal ginjal dan hemodialisis
- Vasospasme, emboli
- Kongenital
- Psikogenik sudden deafness

Gejala Klinis
Penderita mengeluh pendengarannya tiba-tiba berkurang pada satu atau kedua telinga yang sebelumnya dianggap normal. Biasanya keadaan ini disadari penderita ketika bangun tidur pagi hari ataupun setelah bekerja. Umumnya penderita dapat mengatakan dengan pasti saat mulai timbulnya ketulian. Ketulian dapat mengenai semua frekuensi pendengaran, tetapi yang sering pada frekuensi tinggi. Tuli mendadak biasanya disertai dengan tinitus (91,0%), vertigo (42,9 %), rasa penuh pada telinga yang sakit (40,7%), otalgia (6,3%), parestesia (3,5%), tuli saraf sebelumnya(9,2%), tinitus sebelumnya (4,2% dan gangguan vestibuler sebelumnya(5,0%)1,2.

Diagnosis
Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT, audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lain. Anamnesis yang teliti mengenai proses terjadinya ketulian, gejala yang menyertai serta faktor predisposisi penting untuk mengarahkan diagnosis. Pemeriksaan fisik termasuk tekanan darah sangat diperlukan. Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai kelainan pada telinga yang sakit1.
Pada pemeriksaan audiologi didapatkan1,2:
1. Tes penala : Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek. Kesan: tuli sensorineural.
2. Audiometri nada murni: tuli sensorineural derajat ringan sampai sangat berat.
3. BERA (pada anak-anak atau pada pasien yang tidak kooperatif) : tuli saraf ringan sampai berat.
4. Tes SISI (short increment sensitivity index) skor 70-100%. Kesan : dapat ditemukan rekruitmen.
5. Tes Tone Decay : tidak ada kelelahan. Kesan : bukan tuli retrokoklea.
6. Audiometri tutur: speech discrimination score (SDS) kurang dari 100%. Kesan : tuli sensorineural
7. Audiometri impedans: timpanogram tipe A (normal), refleks stapedius ipsilateral. Negatif atau positif, sedangkan kontralateral positif. Kesan : tuli sensorineural koklea.
8. ENG : untuk pusing dan vertigo
9. CT scan untuk kasus tertentu

Penatalaksanaan1,2,3
- Kortikosteroid, khususnya pada kasus yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), diberikan prednison oral 1mg/kgBB/hr selama 1 bulan dengan penurunan dosis secara bertahap sesuai respon pasien.
- Anti virus asiklovir diberikan pada tuli mendadak yang diketahui penyebabnya adalah virus.
- Diuretik
- Vasodilator
- Histamin
- Inhalasi karbogen
- Terapi mendengar, dengan bantuan hearing aid, latihan auditori
- Dan lain-lain

Prognosis
Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk sembuh, bila lebih dari 2 minggu kemungkinan untuk sembuh menjadi lebih kecil. Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap tapi dapat juga tidak sembuh, hal ini disebabkan faktor konstitusi pasien seperti pasien yang pernah mendapatkan obat ototoksik dalam jangka lama, penderita diabetes mellitus, pasien dengan viskositas darah tinggi, dan sebagainya walaupun pengobatan diberikan pada stadium dini4.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tuli mendadak. Dikutip dari : www.ilmukedokteran.net
2. Danesh AA, Andreassen WD. Sudden hearing loss : audiological diagnosis and management. Colorado : American Academy of Audiology Convention Denver; 2007.
3. Sudden sensorineural hearing loss. Dikutip dari : www.deafnessresearch.org.uk
4. Soetirto I, Bashiruddin J. Tuli mendadak. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, penyunting. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2003. h. 35-36

No comments:

Post a Comment