Thursday, November 18, 2010
Disfoni
Disfoni merupakan istillah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan pada organ-organ fonasi,terutama laring,baik yang bersifat organic maupun fungsional.
Disfoni bukan merupakan suatu penyakit
tetapi merupakan suatu gejala atau kelainan padanlaring. Disfoni digambarkan oleh penderita sebagai suatu suara yang kasar / suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suatu yang biasa / normal. Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran , gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam pendekatan ke-2 pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan suara parau.
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot instrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkab gerak bagian-bagian laring tertentu yang berhubungan dengan gerakan pita suara. Otot ekstrinsik ada yang terletak diatas tulang hioid (suprahioid) dan ada yang terletak dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid ialah m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid,dan m.milohioid.. Otot yang infrahioid ialah m.sternohioid, m.omohioid, dan m.tirohioid. Otot – otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah, sedangkan yang infrahioid menarik laring ke atas.
Otot instrinsik laring ialah m.krikoaritenoid lateral, m.tiroepigotika, m.vokalis,m.tiroaritenoid,m.ariepiglotika dan m.krikotiroid. Otot-otot ini terletak dibagian lateral laring. Otot instrinsik laring yang terletak dibagian posterior ialah m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenod posterior.
Sebagian besar otot-otot instrinsik adalah otot adduktor (kontraksinya akan mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali m.krikoaritenoid posterior yang merupakan otot abductor ( kontraksinya akan menjauhkan kedua pita suara ke lateral.
Untuk lebih jelas sebaiknya kita mengetahui secara fisiologi pembentukan suara.
Rongga laring
Batas atas rongga laring ialah aditus laring, batas bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan belakang epiglottis,tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah belah lamina kartilago tiroid arcus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membrane kuadrangularis,kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid,sedangkan batas belakang ialah m. aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid. Dengan adanya liptan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare,maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventikularis (pita suara palsu)
Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut rima glotis,sedangkan antara kedua plika ventricular disebut rima vestibuli.
Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongg laring dalam 3 bagian yaitu vesibulum laring,glotik dan subglotik. Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plika ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika ventrikularis pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring morgagni.
Rima glotis terdiri dari 2 bagian yaitu bagian intermembran dan bagian intetkartilago. Bagian itermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis dan terletak di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak dibagian posterior. Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak dibawah plika vokalis.
Fisiologi pembentukan suara
Laring mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi proteksi, fungsi respirasi, fungsi fonasi. Gangguan pada fungsi fonasi inilah yang menimbulkan keluhan gangguan suara.
Sistem pembentukan suara merupakan suatu fenomena aerodinamik dan proses
akustik yang sangat kompleks. Secara sederhana proses pembentukan suara terjadi melalui beberapa tahap yaitu:
- Aliran udara dari paru yang berfungsi sebagai tenaga pengaktif suara. Fungsi paru yang baik diperlukan untuk mendukung proses pembentukan suara yang normal.Pada saat fonasi terjadi penutupan celah glotis oleh pita suara sehingga aliran udara dari paru tertahan di subglotis. Hal ini akan menyebabkan terjadi perbedaan tekanan udara yang cukup tinggi, sehingga terjadi getaran pita suara. Tingginya tekanan udara di sub glotis akhirnya melewati celah glotis pada saat pita suara membuka (abduksi) secara tiba-tiba akan menentukan intensitas suara yang akan keluar melalui mulut.
- Getaran pita suara yang berfungsi sebagai generator pembentuk suara. Pada keadaan istirahat pita suara dalam keadaan abduksi dan pada saat fonasi terjadi kontraksi dari otot-otot instrinsik laring seperti m.krikotiroid dan m.krikoaritenoid lateral yang menarik kartilago aritenoid kea rah medial sehingga terjadi penutupan celah glotis karena pita suara kanan dan kiri merapat. Selain itu pita suara juga akan lebih panjang , lebih tipis , lebih tegang dan lebih kaku.
- Resonansi suara yang dibentuk oleh perubahan ukuran dan bentuk ruang faring dan rongga mulut. Frekuensi dan energi suara yang dihasilkan oleh getaran pita suara yang sangat lemah, maka diperlukan organ resonansi untuk memperkuatnya. Hal ini dimungkinkan dengan adanya kontraksi otot-otot, konstriktor faring dan perubahan posisi lidah sehingga ruang yang dilalui suara dapat berubah-ubah.
- Koordinasi dan kontrol oleh susunan saraf pusat dan saraf tepi. Koordinasi ini sangat diperlukan mengingat pembentukan suara tidak hanya melibatkan otot-otot laring tapi juga otot-otot diafragma , dada, leher , lidah, dasar mulut dan palatum.
Etiologi:
Penyebab terjadinya disfoni berupa radang, tumor (neoplasma),paralysis otot-otot laring,kelainan laring seperti sikatrik akibat operasi, fiksasi pada sendi krikoaritenoid dan lain-lain.
Gejala klinik
Aronson , membagi gangguan ini menjadi 2 tipe yaitu tipe adduksi dan tipe abduksi. Tipe adduksi yang merupakan kasus terbanyak ditandai dengan kaku, sempit, usaha keras untuk timbulnya suara, sering dengan tremor,nada yang pecah, seperti sesak dengan pita suara asli dan palsu dalam posisi adduksi berlebihan.Tipe yang kurang umum yaitu tipe abduksi ditandai dengan, spasme otot krikoaritenoid posterior menghasilkan desahan, secara lemah dengan usaha berlebihan, kadang-kadang ada bagian afoni atau suara berbisik dalam berbicara.
Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya disertai gejala lain seperti demam,malaise,nyeri menelan,atau berbicara, batuk, disamping gangguan suara. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di suprasternal, epigastrium,dan sela iga.
Pemeriksaan klinik
Pemeriksaan klinik meliputi pemeriksaan umum (status generalis) , dan pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laringoskop indirek melalui kaca laring atau dengan menggunakan teleskop laring baik yang kaku (rigid telescope) atau serat optic (fiberoptik telescope). Penggunaan teleskop ini dapat dihubungkan dengan alat video (video laringoskopi)
Pengobatan
Pengobatan disfonia sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi etiologi. Terapi dapat berupa medikamentosa, vocal hygiene, terapi suara dan berbicara (vocal speech therapy) dan tindakan operatif. Tindakan operatif untuk mengatasi gangguan suara atau disfonia disebut voice surgery.
DAFTAR PUSTAKA
1.Buku Ajar Ilmu Kesehatan T.H.T KL. Edisi ke-6 .Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2007. p: 231-235.
2.Robert H,Maisel,Trakeostomi. In:BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed.Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p: 391-394.
Labels:
THT
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment