Friday, November 19, 2010
Obstruksi laring
Sumbatan laring biasanya disebabkan oleh:
1. Radang akut dan radang kronis.
2. Benda asing
3. Trauma akibat kecelakaan, perkelahian ,percobaan bunuh diri dengan senjata tajam
4. Trauma akibat tindakan medik
5. Tumor laring, baik berupa tumor jinak atau pun tumor ganas.
6. Kelumpuhan nervus rekurens bilateral.
Gejala dan tanda sumbatan laring ialah:
a. Suara serak (disfonia) sampai afoni
b. Sesak nafas (dispnea)
c. Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
d. Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,supraklavikula dan interkostal.Cekungan ini terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernafasan untuk mendapatkan oksigen yang adekuat.
e. Gelisah karena haus udara. (air hunger)
f. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.
Jackson membagi sumbatan laring yang progressif dalam 4 stadium dengan tanda dan gejala.
Stadium 1.
Cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal
Stridor pada waktu inspirasi
Pasien masih tampak tenang
Stadium 2
Cekungan pada waktu inspirasi didaerah suprasternal maikn dalam
Cekungan di daerah epigastrium
Stridor terdengar pada waktu inspirasi
Pasien mulai tampak gelisah.
Stadium 3
Cekungan selain di suprasternal, epigastrium juga terdapat di infraklvikula dan disela-sela iga.
Stridor terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi
Pasien sangat gelisah dan dispnea.
Stadium 4
Cekungan – cekungan diatas bertambah jelas,pasien sangat gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis.
Pasien dapat kehabisan tenaga,pusat perafasan paralitik karena hiperkapnea.
Pasien lemah dan tertidur,akhirnya mninggal karena asfiksia.
Diagnosa ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan klinis dan laringoskopi. Pada orang dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung, dan pada anak-anak laringoskopi direk/langsung.
Penanggulangan Sumbatan laring
Dalam penanggulangan sumbatan laring pada prinsipnya diusahakan supaya jalan nafas lancar kembali . Tindakan konservatif dengan pemberian anti inflamai, anti alergi,antibiotika, serta pemberian oksigen intermitten dilakukan pada sumbatan laring stadium 1 yang disebabkan peradangan.
Tindakan operatif atau resusitasi untuk membebaskan saluran nafas ini dapat dengan cara memasukkan pipa endotrakea melalui mulut (intubasi orotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat trakeostomi atau melakukan krikotirotomi.
Intubasi endotrakea dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium 2 dan 3, sedangkan krikotirotomi dlakukan pada sumbatan laring stadium 4.
Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasarkan analisa gas darah (pemeriksaan astrup).
Bila fasilias tersedia, maka intubasi endotrakea merupakan pilihan pertama, sedangkan jika ruangan perawatan intensif tidak tersedia, sebaiknya dilakukan trakeostomi.
Intubasi endotrakea
Indikasi intubasi endotrake adalah :
1. Untuk mengatasi sumbatan saluran nafas bagian atas
2. Membantu ventilasi
3. Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeo-bronkial
4. Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari lambung.
Secara umum dapat dikatakan bahwa intubasi endotrakea jangan melebihi 6 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan trakeostomi. Komplikasi yang dapat timbul adalah stenosis laring atau trakea.
Labels:
THT
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment